Social Icons

Pages

Selasa, 14 Oktober 2014

Tentang Kucing



Kucing. Hewan yang kadang mengundang simpati, kasihan, rasa sayang, tapi kadang-kadang jengkel juga. Kucing yang ada di sekitar kita sering kita panggil sebagai kucing kampung, kucing garong, dan lain sebagainya. Tahukah kalian kalau kucing yang kita panggil sebagai kucing kampung ini ternyata memiliki daya buru yang hebat?

Kucing merupakan salah satu hewan predator paling hebat di dunia. Dia mampu membunuh dan atau memakan beberapa ribu species, mengalahkan kucing besar (seperti singa, harimau, dan sejenisnya) yang hanya mampu memangsa kurang dari 100 species. Namun karena ukurannya terbilang kecil, maka tidak berbahaya bagi manusia, kecuali kucing ini terinfeksi rabies.

Sejak 3500 tahun yang lalu, kucing telah beradaptasi dengan kehidupan manusia. Ketika itu orang Mesir kuno telah menggunakan kucing untuk mengusir hama tikus dan hewan pengerat lainnya dari hasil panen mereka. Namun, percaya atau tidak, di dunia ini hanya terdapat 1% populasi kucing di dunia yang termasuk galur murni atau kucing ras. Sisanya adalah kucing hasil pencampuran dari berbagai ras atau biasa yang kita sebut sebagai kucing kampung. Karena itu, kucing ras termasuk kucing yang paling sering dicari dan mahal harganya.

Kucing biasanya memiliki berat badan antara 2,5 hingga 7 kg dan jarang melebihi 10 kg, kecuali diberi makan berlebih. Dalam penangkaran, kucing dapat hidup selama 15 hingga 20 tahun, dimana kucing tertua pernah diketahui berusia 36 tahun! Kucing liar yang hidup di lingkungan urban modern hanya mampu hidup selama 2 tahun atau bahkan kurang dari itu.

Kucing termasuk hewan yang sangat bersih. Mereka sering merawat diri dengan menjilati rambut mereka. Saliva atau air liur mereka adalah agen pembersih yang kuat. tapi dapat memicu alergi pada manusia. Kadangkala kucing memuntahkan semacam hairball atau gulungan rambut yang terkumpul di dalam perutnya. Sementara itu kucing dapat menyimpan energi dengan cara tidur lebih sering ketimbang hewan lain. Lama tidur kucing bervariasi antara 12 – 16 jam per hari, dengan angka rata-rata 13 – 14 jam. Tapi tidak jarang dijumpai kucing yang tidur selama 20 jam dalam satu hari.

Jumat, 10 Oktober 2014

Kue Putu


Siapa yang tidak kenal dengan jajanan masa kecil ini? Putu, yang isiannya berupa gula merah dan ditaburi dengan kelapa parut. Kue putu (dari bahasa Jawa, puthu) adalah jenis makanan Indonesia berupa kue yang berisi gula jawa dan parutan kelapa, tepung beras butiran kasar. Kue ini di kukus dengan diletakkan di dalam tabung bambu yang sedikit dipadatkan dan dijual pada saat matahari terbenam sampai larut malam. Suara khas uap yang keluar dari alat suitan ini sekaligus menjadi alat promosi bagi pedagang yang berjualan.

Kebanyakan warna dari kue putu ini adalah putih dan hijau. Sejumlah pedagang masa kini mengganti bambu dengan pipa PVC dengan alasan kepraktisan, meskipun dari segi kesehatan penggunaan PVC membahayakan.

Kue putu sendiri sudah merambah ke negara lain, seperti Singapura dan Malaysia, meskipun nama dan bentuk untuk kue ini sedikit berbeda, tetapi rasanya sendiri sama dengan kue putu tradisional Indonesia itu sendiri.

Bakso


Jika hujan turun atau ketika sedang pilek, mungkin banyak orang yang suka dengan makanan berkuah panas yang berisi bola-bola daging. Hmm..., makan bakso ketika hari sedang dingin atau kondisi sedang tidak enak, pasti akan terasa sangat menyegarkan. Tahukah kalian mengenai sejarah Bakso sendiri?

Bakso sebenarnya berasal dari Tiongkok. Kata Bak dari Bakso memiliki arti daging babi dan so berarti makanan. Jadi, dulu, sebenarnya bakso merupakan makanan yang diolah dari daging babi. Namun, karena sebagian besar orang Indonesia beragama Islam, maka Bakso yang dibuat di sini pun disesuaikan dan rata-rata terbuat dari daging sapi, ayam, atau bahkan ikan. Tapi, tidak semua menyebut makanan ini sebagai bakso, di Surabaya orang-orang menyebutnya Bakwan yaitu Bak = daging sedangkan Wan = bundar jadi daging bundar.

Bakso sangat populer dan dapat ditemukan diseluruh pelosok Indonesia, penjualnya mulai dari pedagang kaki lima sampai restoran besar, hebat ya. Daerah yang terkenal menjadi pusat bakso adalah Malang dan Solo. Sajian bakso di kedua kota ini pun agak berbeda. Bakso Malang biasanya disajikan dengan pangsit dan siomay, sedangkan untuk bakso dari Solo biasanya dihidangkan dengan bihun serta sayuran sawi hijau.

Proses pengolahan bakso tidak sulit. Daging sapi yang tidak banyak lemak dihaluskan dengan es batu lalu ditambahkan bumbu, telur dan tepung tapioka dan tinggal di bentuk bulat-bulat, bisa dengan cara tradisional atau bisa dengan mesin.

Kamis, 09 Oktober 2014

Sejarah Pembuatan Garuda Pancasila

Garuda muncul dalam berbagai kisah, terutama di Jawa dan Bali. Dalam banyak kisah Garuda melambangkan kebajikan, pengetahuan, kekuatan, keberanian, kesetiaan, dan disiplin. Sebagai kendaraan Wishnu, Garuda juga memiliki sifat Wishnu sebagai pemelihara dan penjaga tatanan alam semesta. Dalam tradisi Bali, Garuda dimuliakan sebagai "Tuan segala makhluk yang dapat terbang" dan "Raja agung para burung".

Posisi mulia Garuda dalam tradisi Indonesia sejak zaman kuna telah menjadikan Garuda sebagai simbol nasional Indonesia, sebagai perwujudan ideologi Pancasila. Garuda juga dipilih sebagai nama maskapai penerbangan nasional Indonesia Garuda Indonesia. Selain Indonesia, Thailand juga menggunakan Garuda sebagai lambang negara.

Setelah Perang Kemerdekaan Indonesia 1945-1949, disusul pengakuan kedaulatan Indonesia oleh Belanda melalui Konferensi Meja Bundar pada tahun 1949, dirasakan perlunya Indonesia (saat itu Republik Indonesia Serikat) memiliki lambang negara. Tanggal 10 Januari 1950 dibentuk Panitia Teknis dengan nama Panitia Lencana Negara di bawah koordinator Menteri Negara Zonder Porto Folio Sultan Hamid II dengan susunan panitia teknis Muhammad Yamin sebagai ketua, Ki Hajar Dewantoro, M A Pellaupessy, Moh Natsir, dan RM Ng Poerbatjaraka sebagai anggota. Panitia ini bertugas menyeleksi usulan rancangan lambang negara untuk dipilih dan diajukan kepada pemerintah

Merujuk keterangan Bung Hatta dalam buku “Bung Hatta Menjawab” untuk melaksanakan Keputusan Sidang Kabinet tersebut Menteri Priyono melaksanakan sayembara. Terpilih dua rancangan lambang negara terbaik, yaitu karya Sultan Hamid II dan karya M Yamin. Pada proses selanjutnya yang diterima pemerintah dan DPR adalah rancangan Sultan Hamid II. Karya M. Yamin ditolak karena menyertakan sinar-sinar matahari yang menampakkan pengaruh Jepang.

Setelah rancangan terpilih, dialog intensif antara perancang (Sultan Hamid II), Presiden RIS Soekarno dan Perdana Menteri Mohammad Hatta, terus dilakukan untuk keperluan penyempurnaan rancangan itu. Mereka bertiga sepakat mengganti pita yang dicengkeram Garuda, yang semula adalah pita merah putih menjadi pita putih dengan menambahkan semboyan "Bhineka Tunggal Ika".Tanggal 8 Februari 1950, rancangan lambang negara yang dibuat Menteri Negara RIS, Sultan Hamid II diajukan kepada Presiden Soekarno. Rancangan lambang negara tersebut mendapat masukan dari Partai Masyumi untuk dipertimbangkan kembali, karena adanya keberatan terhadap gambar burung Garuda dengan tangan dan bahu manusia yang memegang perisai dan dianggap terlalu bersifat mitologis.

Sultan Hamid II kembali mengajukan rancangan gambar lambang negara yang telah disempurnakan berdasarkan aspirasi yang berkembang, sehingga tercipta bentuk Rajawali-Garuda Pancasila. Disingkat Garuda Pancasila. Presiden Soekarno kemudian menyerahkan rancangan tersebut kepada Kabinet RIS melalui Moh Hatta sebagai perdana menteri. AG Pringgodigdo dalam bukunya “Sekitar Pancasila” terbitan Dep Hankam, Pusat Sejarah ABRI menyebutkan, rancangan lambang negara karya Sultan Hamid II akhirnya diresmikan pemakaiannya dalam Sidang Kabinet RIS pada tanggal 11 Februari 1950. Ketika itu gambar bentuk kepala Rajawali Garuda Pancasila masih "gundul" dan tidak berjambul seperti bentuk sekarang ini. Presiden Soekarno kemudian memperkenalkan untuk pertama kalinya lambang negara itu kepada khalayak umum di Hotel Des Indes Jakarta pada 15 Februari 1950.

Soekarno terus memperbaiki bentuk Garuda Pancasila. Pada tanggal 20 Maret 1950 Soekarno memerintahkan pelukis istana, Dullah, melukis kembali rancangan tersebut; setelah sebelumnya diperbaiki antara lain penambahan "jambul" pada kepala Garuda Pancasila, serta mengubah posisi cakar kaki yang mencengkram pita dari semula di belakang pita menjadi di depan pita, atas masukan Presiden Soekarno. Dipercaya bahwa alasan Soekarno menambahkan jambul karena kepala Garuda gundul dianggap terlalu mirip dengan Bald Eagle, Lambang Amerika Serikat.

Untuk terakhir kalinya, Sultan Hamid II menyelesaikan penyempurnaan bentuk final gambar lambang negara, yaitu dengan menambah skala ukuran dan tata warna gambar lambang negara. Rancangan Garuda Pancasila terakhir ini dibuatkan patung besar dari bahan perunggu berlapis emas yang disimpan dalam Ruang Kemerdekaan Monumen Nasional sebagai acuan, ditetapkan sebagai lambang negara Republik Indonesia, dan desainnya tidak berubah hingga kini.

(diambil dari http://id.wikipedia.org/wiki/Lambang_Negara_Indonesia)

Elang Jawa




Tidak sedikit yang menjadikan burung sebagai lambang negaranya. Kita tahu sendiri, Amerika menggunakan Elang botak sebagai lambang Negaranya, kemudian ada juga Polandia yang juga menggunakan lambang burung yang diambil dari Elang putih. Sedangkan Indonesia sendiri menggunakan figur Garuda sebagai lambang negaranya. Dan tak dinanya, ternyata ada sosok serupa Garuda dalam dunia nyata yang tak lain adalah Elang Jawa yang memiliki jambul.

Mari kita kenali lebih dekat sosok Garuda dan Elang Jawa yang menjadi figur sosok Lambang Negara kita. Garuda atau Jatayu adalah contoh sosok burung Garuda yang berjiwa kesatria. Dalam kisah Ramayana, Garuda atau Jatayu digambarkan melawan Rahwana dan gugur dalam pertempurannya. Dalam Kitab Adiparwa disebutkan juga bahwa garuda merupakan burung gagah berani yang dijadikan kendaraan Dewa Wisnu. Burung yang berdiam di surga ini diperkenalkan oleh Presiden Soekarno kepada khalayak sebagai lambang negara pada 15 Februari 1950 di Hotel Des Indes, Jakarta.

Elang jawa identik dengan lambang Negara, apalagi yang perlu diperhatikan adalah jambul di belakang kepala elang jawa yang sangat mirip dengan jambul pada lambang negara kita. Binatang ini termasuk satwa langka yang dilindungi. Untuk diketahui, saat ini Elang Jawa yang menurut kriteria Union for Conservation of Nature berstatus genting.

Populasi elang jawa terbagi menjadi populasi-populasi kecil yang tersebar dari Ujung Kulon di sebelah barat sampai ke Alas Purwo di sebelah timur jawa. Burung ini masih ditemukan di Tangkuban Perahu, Gunung Sawal, dan Panaruban Jawa Barat, dan beberapa daerah lain di Jawa seperti di Jawa Tengah (Gunung Segara / Pegunungan Pembarisan, Gunung Slamet, Pegunungan Dieng (termasuk Gunung Prahu, Gunung Besar dan Dataran Tinggi Dieng), Gunung Ungaran, Gunung Merapi, dan Gunung Muria), Yogyakarta (sekitar lereng merapi) dan Jawa Timur (Pulau Sempu Kabupaten malang Malang).

Berdasarkan data terakhir Yayasan Pribumi Alam Lestari (YPAL), diperkirakan jumlah populasi elang jawa tinggal 81-108 pasang. Pada 1997 lalu, masih ada tujuh pasang elang jawa di sekitar Tangkubanparahu, Kab. Subang Jawa Barat. Sementara itu, data terakhir menunjukkan populasi elang jawa tinggal tiga pasang saja. Sedangkan di sisi selatan Gunung Merapi hanya menyisakan 5 ekor. Setelah letusan dahsyat Gunung Merapi lusa belum ada data lagi menganai burung ini. Di Jawa Tengah diperkirakan terdapat 20-28 pasang Elang Jawa, yang tersebar di 6 daerah. Di Jawa Timur sebagaian besar populasi terdapat di derah cagar alam pulau Sempu. Selain kerusakan habitat, perubahan iklim, polusi, perburuan untuk perdagangan liar turut mengancam keberadaan hewan langka ini.

Begitulah kondisi burung yang dijadikan lambang negara kita, semoga ada upaya konservasi yang lebih baik sehingga anak cucu kita kelak masih dapat melihat burung ini.

(diolah dari berbagai sumber).

Rabu, 08 Oktober 2014

Mengenal ASEAN




MAKNA LOGO ASEAN
Logo ASEAN berada di tengah Bendera ASEAN. Bendera ASEAN merepresentasikan ASEAN yang stabil, penuh kedamaian, bersatu dan dinamis. Warna bendera dan logo, yaitu biru, merah, putih dan kuning, masing-masing mewakili warna dasar masing-masing bendera negara anggota ASEAN. Lambang ASEAN memiliki makna sebagai berikut :
- Warna biru melambangkan keamanan dan kestabilan.
- Warna merah bermaksud semangat dan dinamisme.
- Warna putih menunjukkan ketulenan.
- Warna kuning melambangkan kemakmuran.
- Sepuluh tangkai padi melambangkan impian bapak penemu ASEAN yang ke sepuluh Negara Asia Tenggara bersatu dan bersahabat.

CITA-CITA ASEAN
“ASEAN sebagai suatu satuan komunitas yang berpandangan maju ke depan, hidup dalam lingkungan yang damai, stabil dan makmur, dipersatukan oleh hubungan kemitraan dalam pembangunan yang dinamis dan masyarakat yang saling peduli.”

SEMBOYAN ASEAN
Semboyan ASEAN adalah “Satu Misi, Satu Identitas, Satu Komunitas (One Vision, One Identity, One Community)”.

HIMNE ASEAN
The ASEAN Way

Raise our flag high, sky high
Embrace the pride in our heart
ASEAN we are bonded as one
Look’in out to the world
For peace, our goal from the very start
And prosperity to last

Peluang Pasar Bebas ASEAN 2015



Tahun 2015 nanti Indonesia akan menghadapi Pasar Bebas ASEAN. Hal ini bisa menjadi peluang atau bahkan ancaman bagi Indonesia. Ketidaksiapan Indonesia dalam menyambut pasar bebas ASEAN membuat banyak orang berpandangan sinis kalau negara ini bisa bertahan dari gempuran liberalisasi yang akan datang november 2015 mendatang. Namun, walau masaih banyak pikiran negatif maupun kesinisan terhadap pasar bebas ini, mari kita berpandangan sejenak, kalau pasar bebas ini justru akan mendatangkan keuntungan bagi kita semua.

Pada website setneg.go.id dijelaskan mengenai beberapa peluang AEC atau ASEAN Economic Community, yaitu:

1. Indonesia merupakan pasar potensial yang memiliki luas wilayah dan jumlah penduduk yang terbesar di kawasan (40% dari total penduduk ASEAN). Hal ini dapat menjadikan Indonesia sebagai negara ekonomi yang produktif dan dinamis yang dapat memimpin pasar ASEAN di masa depan  dengan kesempatan penguasaan pasar dan investasi.

2. Indonesia merupakan negara tujuan investor ASEAN. Proporsi investasi negara ASEAN di Indonesia mencapai 43% atau hampir tiga kali lebih tinggi dari rata-rata proporsi investasi negara-negara ASEAN di ASEAN yang hanya sebesar 15%.

3. Indonesia berpeluang menjadi negara pengekspor, dimana nilai ekspor Indonesia ke intra-ASEAN hanya 18-19% sedangkan ke luar ASEAN berkisar 80-82% dari total ekspornya, Hal ini berarti peluang untuk meningkatkan ekspor ke intra-ASEAN masih harus ditingkatkan agar laju peningkatan ekspor ke intra-ASEAN berimbang dengan laju peningkatan impor dari intra-ASEAN.

4. Liberalisasi perdagangan barang ASEAN akan menjamin kelancaran arus barang untuk pasokan bahan baku maupun bahan jadi di kawasan ASEAN karena hambatan tarif dan non-tarif sudah tidak ada lagi. Kondisi pasar yang sudah bebas di kawasan dengan sendirinya akan mendorong pihak produsen dan pelaku usaha lainnya untuk memproduksi dan mendistribusikan barang yang berkualitas secara efisien sehingga mampu bersaing dengan produk-produk dari negara lain. Di sisi lain, para konsumen juga mempunyai alternatif pilihan yang beragam yang dapat dipilih sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan, dari yang paling murah sampai yang paling mahal. Indonesia sebagai salah satu negara besar yang juga memiliki tingkat integrasi tinggi di sektor elektronik dan keunggulan komparatif pada sektor berbasis sumber daya alam, berpeluang besar untuk mengembangkan industri di sektor-sektor tersebut di dalam negeri.

5. Indonesia sebagai negara dengan jumlah populasi terbesar akan memperoleh keunggulan tersendiri, yang disebut dengan bonus demografi. Perbandingan jumlah penduduk produktif Indonesia dengan negara-negara ASEAN lain adalah 38:100, yang artinya bahwa setiap 100 penduduk ASEAN, 38 adalah warga negara Indonesia. Bonus ini diperkirakan masih bisa dinikmati setidaknya sampai dengan 2035, yang diharapkan dengan jumlah penduduk yang produktif akan mampu menopang pertumbuhan ekonomi dan peningkatan pendapatan per kapita penduduk Indonesia.
 
 
Blogger Templates